ketua Dewan perwakilan Mahasiswa IKIP Mataram 2011-2012

Kamis, 28 Juli 2011

Harapan Mahasiswa terhadap Pemimpin Baru Terpilih “BEM IKIP Mataram 2011/2012”

      Menyadari pentingnya regenerasi kepemimpinan sebuah organisasi, BEM, DPM IKIP Mataram merupakan salah satu bagian dari itu, sehingga tepatnya rabu, 27 juli 2011 organisasi kemahasiswaan yang strukturnya dibawah lansung PR III bagian kemahasiswaan ini mengadakan  PEMIRA (Pemiluhan Umum Raya Mahasiswa). Pemira adalah salah satu bagian yang penting dari proses demokrasi, dimana pada moment ini mahasiswa memilih secara lansung pemimpinnya ditataran student government. Semua berharap mudah-mudahan proses pemira di lingkup IKIP Mataram ini merupakan salah satu bagian proses percepatan regenerasi kepemimpinan bangsa. Sehingga kedepan negeri ini tidak dihadapkan lagi dengan persoalan krisis kepemimpinan karena mulai dari sekarang simpul-simpul kepemimpinan itu terkonstruk dengan baik. Amin…
      Pemira tahun ini sangat luar biasa, dimana antusias mahasiswa untuk menentukan pemimpinnya mengalami peningkatan dari 12.000_an jumlah keseluruahn mahasiswa yang ikut memilih 3057 orang atau setara dengan 25% dari total keseluruhan mahasiswa IKIP Mataram. Setelah melalui prose yang cukup panjang step by step proses pemiluhan umum raya mahasiswa sehingga pada akhirnya terpilih pasangan kandidat No 3 (Budi Satriyadi & Enri Susanto) sebagai presiden dan wakil presiden mahasiswa IKIP Mataram periode 2011-2012 dengan perolehan suara 1043 suara, setelah menyisihkan ketiga  kandidat lainya yaitu No 1 (Sapriadi & Arif Darmawan) 697 suara, No 2 (Sabolah & Didi Asep irawan) 695 suara, dan No 4 (Lalu Sri Gede & Ilham) 576 suara. Kandidat pemenang presma dan wapresma kali ini merupakan mahasiswa semester VI terbaik dari jurusan pendidikan olahraga (FPOK) dan jurusan pendidikan bahasa inggris (FPBS).
         Proses pemira IKIP Mataram sudah usai, siapapun yang terpilih dialah pemimpin student government IKIP Mataram untuk satu tahun kedepannya. pemimpin yang dikehendaki mahasiswa melalui proses yang cukup demokratis. Ditanganyalah tumpahan harapan civil society kampus, di pudaknyalah amanah mahasiswa di emban dengan harapan terciptanya student government yang lebih baik. Mahasiswa tentu tidak berharap banyak, mahasiswa tidak mempunyai cita-cita yang amat muluk, hanya satu kata yang terus menggema dalam lerung batin mahasiswa adanya perubahan yang lebih baik, baik dari segi manajemen maupun program-programnya. Semua sepakat dan  berharap bahwa pemimpin yang terpilih hendaknya menjadi inspirator keteladanan bagi yang di pimpinnya dan yang terdepan untuk mengawal kebijakan-kebijakan kampus yang tidak (pro mahasiswa) atau berpihak kepada kepentingan mahasiswa. Pemimpin yang memperpadukan antara nilai-nilai intelegensi quatient, emotional quatient dan spritual  quatient dan profesionalisme harus menjadi ruh kepemimipinnya, (Ary Ginanjar;2001 “Leadership Principle”). Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melawan nafsu keserakahan, idealis sebagai agent of change mampu ditegakkan, bukan malah tergadaikan. Ada begitu banyak pemimpin yang kalah dan bahkan gagal dalam melawan nafsu keserakahannya, sehingga mereka berselingkuh kepada pembuat kebijakan (birokrasi kampus) karena kepentingan-kepentingan sesaat, sehingga akibatnya pemimpin seperti ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan kehendak nafsunya dan berusaha untuk selalu menutup-nutupi kebijkan-kebijakan manajemen kampus yang tidak berpihak kepada mahasiswa. Praktek KKN merupakan salah satu contoh nafsu keserakahan kekuasaan. Dia harus tahu dan sadar bahwa pemimpin adalah melayani bukan di layani. Mental pejabat-pejabat mahasiswa yang angkuh dan tidak demokratis untuk memberikan kepada semua mahasiswa untuk berkreasi dan berekspresi dan selalu di layani harus segera berakhir, cukuplah massa lalu dijadikan pengalaman yang berharga dan batu loncatan untuk berfikir secara bijak terhadap semua persoalan yang dihadapi kedepannya, sudah saatnya pemimpin harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada mahasiswa. Karena mahasiswalah yang telah menghantarnya menjadi pemimpin.
Kalau SELAMA ini kita hanya mampu membaca Sejarah oarng lain, maka sudah saatnya kita menjadi PELAKU SEJARAH. Kita harus mampu menciptkan peristiwa, untuk kemudian di kenang oleh generasi mendatang. Karena Sejarah adalah rentetan Peristiwa masa lalu yang di kenang oleh orang-orang masa kini "SELAMAT MENCIPTAKAN SEJARAH", 
"Selamat kepada kawan Budi Satriyadi & Enri Susanto, Mahasiswa IKIP Mataram Menunggu Karyanya"

By, Mansur Amriataul [mantan ketua DPM IKIP Mataram 2010-2011]

Rabu, 10 November 2010

GERAKAN MAHASISWA SEBAGAI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN IDENTITAS


          Diskurkus tentang mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi pokok bahasan
dalam berbagai kesempatan pada hampir sepanjang tahun. Begitu banyaknya
forum-forum diskusi yang diadakan, telah menghasilkan pula pelbagai tulisan,
makalah, maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan
kepentingan gerakan mahasiswa dalam pergulatan politik kontemporer di
Indonesia. Terutama dalam konteks keperduliannya dalam meresponi
masalah-masalah sosial politik yang terjadi dan berkembang di tengah
masyarakat.
Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen
dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih
lagi, ketika maraknya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan,
dan penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam.
Kehadiran gerakan mahasiswa — sebagai perpanjangan aspirasi rakyat —- dalam
situasi yang demikian itu memang amat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan
kesadaran politik rakyat dan advokasi atas konflik-konflik yang terjadi vis
a vis
penguasa. Secara umum, advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada
upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang
terjadi menjadi lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian itu,
motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak mengacu pada panggilan nurani atas
keperduliannya yang mendalam terhadap lingkungannya serta agar dapat berbuat
lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup bangsanya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan
mahasiswa lebih merupakan dalam kerangka melakukan koreksi atau kontrol atas
perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan
jauh dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi
kesejahteraan hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranannya menjadi begitu
penting dan berarti tatkala berada di tengah masyarakat. Saking begitu
berartinya, sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakkan negara di dunia
telah mencatat bahwa perubahan sosial (social change) yang terjadi
hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya gerakan perlawanan
mahasiswa.
Alasan utama menempatkan mahasiswa beserta gerakannya secara khusus dalam
tulisan singkat ini lantaran kepeloporannya sebagai "pembela rakyat"
serta keperduliannya yang tinggi terhadap masalah bangsa dan negaranya yang
dilakukan dengan jujur dan tegas. Walaupun memang tak bisa dipungkiri, faktor
pemihakan terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik
mahasiswa yang telah memberikan konstribusinya yang tak kalah besar dari
kekuatan politik lainnya. Oleh karenanya, penulis menyadari bahwa deskripsi
singkat dalam artikel ini belum seutuhnya menggambarkan korelasi positif antara
pemihakan terhadap ideologi tertentu dengan kepeloporan yang dimiliki dalam
menengahi konflik yang ada. Mungkin bisa dikatakan artikel ini lebih banyak
mengacu pada refleksi diskursus-diskursus politik kekuasaan otoritarian Orde
Baru yang sengit dilakukan di kalangan aktifis mahasiswa dalam dekade 90-an. Di
mana sebagian besar gerakan-gerakan mahasiswa yang terjadi kala itu, penulis
ikut terlibat di dalamnya. Tentunya, pendekatan analisis dalam artikel ini
lebih mengacu pada gerakan mahasiswa pro-demokrasi jauh sebelum maraknya
gerakan mahasiswa dalam satu tahun terakhir ini, yang akhirnya mengantarkan
pada pengunduran diri Presiden Soeharto.
Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak
bisa dihindari. Pasalnya, pada diri mahasiswa terdapat sifat-sifat
intelektualitas dalam berpikir dan bertanya segala sesuatunya secara kritis dan
merdeka serta berani menyatakan kebenaran apa adanya. Maka, diskursus-diskursus
kritis seputar konstelasi politik yang tengah terjadi kerap dilakukan sebagai
sajian wajib yang mesti disuguhkan serta dianggap sebagai tradisi yang melekat
pada kehidupan gerakan mahasiswa.
Pada mahasiswa kita mendapatkan potensi-potensi yang dapat dikualifikasikan
sebagai modernizing agents. Praduga bahwa dalam kalangan mahasiswa kita
semata-mata menemukan transforman sosial berupa label-label penuh amarah,
sebenarnya harus diimbangi pula oleh kenyataan bahwa dalam gerakan mahasiswa
inilah terdapat pahlawan-pahlawan damai yang dalam kegiatan pengabdiannya
terutama (kalau tidak melulu) didorong oleh aspirasi-aspirasi murni dan
semangat yang ikhlas. Kelompok ini bukan saja haus edukasi, akan tetapi
berhasrat sekali untuk meneruskan dan menerapkan segera hasil edukasinya itu,
sehingga pada gilirannya mereka itu sendiri berfungsi sebagai edukator-edukator
dengan cara-caranya yang khas".
Masa selama studi
di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap,
dan persepsi mereka dalam merumuskan kembali masalah-masalah yang terjadi di
sekitarnya. Kemandegan suatu ideologi dalam memecahkan masalah yang terjadi
merangsang mahasiswa untuk mencari alternatif ideologi lain yang secara empiris
dianggap berhasil.
Maka tak jarang, kajian-kajian kritis yang kerap dilakukan lewat pengujian
terhadap pendekatan ideologi atau metodologis tertentu yang diminati. Tatkala,
mereka menemukan kebijakan publik yang dilansir penguasa tidak sepenuhnya
akomodatif dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang committed
dengan mata hatinya, mereka akan merasa "terpanggil" sehingga
terangsang untuk bergerak.
Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat adagium patriotik yang bakal
membius semangat juang lebih radikal. Semisal, ungkapan "menentang
ketidakadilan dan mengoreksi kepemimpinan yang terbukti korup dan gagal" lebih
mengena dalam menggugah semangat juang agar lebih militan dan radikal. Mereka
sedikit pun takkan ragu dalam melaksanakan perjuangan melawan kekuatan
tersebut. Pelbagai senjata ada di tangan mahasiswa dan bisa digunakan untuk
mendukung dalam melawan kekuasaan yang ada agar perjuangan maupun
pandangan-pandangan mereka dapat diterima. Senjata-senjata itu, antara lain
seperti; petisi, unjuk rasa, boikot atau pemogokan, hingga mogok makan. Dalam
konteks perjuangan memakai senjata-senjata yang demikian itu, perjuangan
gerakan mahasiswa — jika dibandingkan dengan intelektual profesional —-
lebih punya keahlian dan efektif.
Kedekatannya dengan rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap
tuntutan maupun selebaran-selebaran yang disebarluaskan dianggap murni
pro-rakyat tanpa adanya kepentingan-kepentingan lain meniringinya. Adanya
kedekatan dengan rakyat dan juga kekauatan massif mereka menyebabkan gerakan
mahasiswa bisa bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antar mereka
yang aktif ( ingat teori snow bowling)..
Oleh karena itu, sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang
dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan
politik pada suatu negara. Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam
serangkaian peristiwa penggulingan, antara lain seperti : Juan Peron di
Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di
Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Paksitan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran
tahun 1979, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987, Ferdinand Marcos di
Filipinan tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. Akan tetapi,
walaupun sebagian besar peristiwa pengulingan kekuasaan itu bukan menjadi
monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner.
Namun, gerakan mahasiswa lewat aksi-aksi mereka yang bersifat massif politis
telah terbukti menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan
rakyat dalam menentang kekuasaan yang tirani

Selasa, 28 September 2010

Belajar Banyak Atau Banyak Belajar…!?

      Untuk teman-teman yang sedang bersedih hati... kukatakan bahwa kalian adalah seorang yang tangguh! saya hanya bisa berkata bahwa kalian adalah seorang yang LUAR BIASA!

Beberapa cuplikan hidup kita terkadang membuat kita merasa sulit bernafas.. atau terkadang merasa terpojok. Hingga mungkin terbersit penyesalan.. atau sikap menyalahkan diri sendiri. well, saya pun pernah menyalahkan diri sendiri dari segi manajemen waktu, hingga pernah disatu masa saya menuliskan kata "sendiri mendekap lutut, didalam box kaca yang terletak disudut ruangan..".

Namun, yang selalu saya yakini adalah.. tak pernah ada kata sia-sia atas pilihan2 hidup yang saya lakukan. karena setiap pilihan memang memiliki konsekuensi tersendiri bukan?

"Hidup memang Keras, Tapi lebih keras lagi hati manusia yang tak mau belajar mengatasi masalahnya"
sebut saja pilihan2 yang kita ambil adalah pilihan dengan konsekuensi EKSTRIM bagi pandangan orang secara umum. Namun, sebenarnya.. pilihan EKSTRIM itu adalah POLA. cepat atau lambat, setiap orang akan dihadapkan pada pilihan EKSTRIM. nah, bagi pribadi yang lebih dulu berada pada zona EKSTRIM.. maka ia sudah memiliki ENERGI EKSTRIM pula yang akan siap menghadapi setiap permasalahan yang lebih EKSTRIM (pelik) lagi.
sedangkan bagi orang yang terbiasa dengan Zona NYAMAN, maka biasa.. sedikit masalah yang melanda sudah mampu menggoyahkannya. dan kepada orang-orang EKSTRIMlah biasanya mereka ber'guru'.
Belum pernah saya temukan, seorang yang sukses dengan perjalanan hidup selalu dalam kondisi nyaman, tanpa terpaan badai.. belum pernah sekalipun. Bukankah Rosulullah tak pernah lepas dari keterjalan liku2 hidup?maka, apalagi kita...

terkadang memang sulit untuk hidup dalam komunitas manusia... (ya ampun.. emang mo hidup di komunitas mana lagi?-red). saya tidak tahu... apakah ini memang sudah menjadi karakter atau apalah... "Labeling" adalah salah satu virus sulit diberantas pada komunitas manusia. padahal setiap orang sangat tidak suka diLABEL namun, secara sadar ataupun tidak , "labeling" sering dilakukan.

nah "Labelling" inilah yang bisa merusak kualitas kepribadian seseorang.karena Labelling bisa membuat salah pola pikir seseorang serta tidak membangun karakter yang baik. mari tengok sejenak saat akita masih kecil... bagaimana perasaan anda saat dikatakan "Duh, bodoh banget sih masak gitu aja nggak bisa?", "ya ampun.. pengecut banget sih??", dan laion.. lain.. mungkin masih banyak label2 lain yang disematkan pada kita saat itu.
Apa efeknya? jika sering dikatakan 'bodoh' maka biasanya anak jadi ragu untuk mencoba sesuatu. ragu untuk memilih dan memutuskan.. khawatir disalahkan. takut dinilai.. merasa selalu diawasi... takut berinisiatif sehingga selalu menunggu instruksi dan lain-lain...
Duh ngerti nggak ya maksud yang saya sampaikan...?-red
ok intinya saja, ada beberapa hal yang perlu dikembangkan dan distimulasi terhadap komunitas manusia indonesia saat ini :
1.      Individual differencis : Setiap orang itu uniq bukan? dan setiap orang memiliki potensi serta kelebihan tersendiri. Bukankah Allah pernah bilang kalau manusia itu diciptakan berbangsa-bangsa agar kita saling mengenal? itu artinya tak ada yang salah terhadap suatu hal yang berbeda. dan hal hal tertentu yang terlihat subyektif tak dapat dijadikan standarisasi penilaian seseorang.

misal. Akademik. tak bisa dikatakan bahwa mahasiswa yang lulus 4 tahun tepat lebih baik dari pada mahasiswa yang lulus lebih dari 4 tahun masa studi. ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan. misal: alasan mengapa mulur lebih dari 4 tahun, bisa jadi sistem di UNIVERSITAS/INSTITUIT  yang membuat mulur... KRS dan KHS yang sering salah sehingga menghambat kesempatan mahasiswa untuk mengambil SKS lebih banyak dan lulus tepat waktu. atau faktor lingkungan kampus yang membutuhkan mahasiswa yang 'aktif' untuk memonitoring birokrat kampus. adanya faktor keluarga, dll.
Meski tak bisa dinafikkan, standar kuantitas tetap dibutuhkan. sebagai pemicu. namun, hal ini bisa kita hitung dalam kondisi netral, yaitu dengan menghilangkan variabel pengganggu (duh kayak mo nulis skripsi aja nih-red)
2. Ta'muruna bil ma'ruf wa Tanhauna 'Anil Munkar. sedikit sekali yang menyadari perintah Allah yang ini. Kebanyakan orang lebih mencari zona aman. "yang penting saya melakukan kebaikan dan berada dilingkungan yang baik". sangat jarang seseorang yang mau berbuat lebih.
Untung Rugi adalah kadar utama yang dilihat. namun, keuntungan yang dapat terukur dalam waktu dekatlah yang biasanya dijadikan acuan. nah, inilah yang membedakan seorang muslim yang VISIONER bukan? Rosulullah telah mencontohkan dengan perjanjian hudaibiyah yang menurut pandangan manusia pada umumnya muslim dirugikan, namun dampak keuntungannya memang tidak bisa dilihat dalam jangka waktu dekat.

begitu pula saat perang khandak, yaitu saat membuat parit... dan Rosulullah memecahkan batu besar.. maka ia mengatakan aku melihat pintu Romawi terbuka... etc. padahal jelas-jelas saat itu panas yang terik, lapar dan dahaga yang menyerang, serta jumlah pasukan musuh yang sangat besar siap m,enggempur mereka. nampaknya utopis dan seperti berkhayal bagi orang-orang yang berfikiran sempit saat itu. Namun sejarah membuktikan kegemilangan itu bukan?
berfikir secara Visioner artinya mau melakukan percepatan atau akselerasi, juga dengan melakukan cara2 yang tak biasa dipakai atau berfikir diluar kotak.
3. LOOK IN. yah, entah kenapa amat jarang manusia itu melihat kedalam dirinya. jarang sekali menakar.. dalam usia sekian apa saja yang sudah saya lakukan?. LOOK IN = BELAJAR. tak banyak yang mau belajar... bukankah kebanyakan manusia sering sekali bertanya pada dirinya "apa yang sudah saya miliki?"
well, saya pikir antum sudah paham benar.. bahwa kuantitas waktu 1 hari=24jam. namun kualitasnya tentu berbeda. tentunya, kualitas pun dilihat dari kadar manfaat bagi diri dan orang lain...
well LOOK IN berarti kita plus minus diri. bagaimana mengUpgrade hal2 yang positif dan meminimalisir hal2 yang negatif. disinilah kata PD itu tersemat.

orang2 yang LOOK IN biasanya tak akan disibukkan dengan pekerjaan orang lain. namun rasa kepekaanlah yang akan terbangun dalam dirinya. Banyak orang yang ingin dipahami, namun tak mampu bahkan tak mau memahami orang lain.

4. MENDENGAR AKTIF. hal ini terkait dengan responsibilitas dan empati. misal: saat seseorang terperosok kedalam lubang maka komentar yang biasa terucap "ya ampun... masak lubang segede itu nggak kelihatan??makanya hati-hati dong kalau jalan.."!. bukankah lebih menyejukkan jika mendengar respon.. "kamu nggak lihat ada lubang ya? pasti kakinya sakit... ada yang bisa kubantu? atau.. coba kulihat lukanya.."

well, maaf ya bro kalau komentarnya nggak nyambung dan sulit dimengerti. bagaimanapun untuk sebuah kesuksesan besar dari impian besar, memerlukan energi besar untuk melakukan perubahan besar. Orang biasa terbiasa memikirkan hal-hal besar karena ia bersiap-siap menghadapi permasalahan besar. sedangkan orang yang hanya terbisa berpikir kecil tak akan mempu menghadapi permasalahan besar hingga untuk bermimpi menjadi orang besar pun ia tak berani!
Untuk seorang saudara yang tanggauh..
sekali lagi kukatakan.. Tak pernah ada kesia-siaan dalam penciptaanNya. Dan tak akan pernah ada kesia-siaan pula terhadap pilihan-pilihan yang ditawarkanNya.

saya selalu ingat dengan do'a yang dilantunkan Ali RA. "Ya Allah jadikanlah dunia hanya berada diatas telapak tanganku, jangan letakkan ia didalam hatiku. Agar saat ia hilang.. maka aku tak akan merasakan bekasnya"
saya juga teringat dengan do'a seorang sahabat."Ya Allah.. jadikanlah aku yang sedikit" maka rosulullah marah saat mendengar do'a sahabat tersebut."wahai fulan.. mengapa kau berdoa begitu?bukankah aku tak pernah mengajarkan hal itu?" maka sang sahabat pun berkata " Ya rosulullah.. aku berdo'a kepada Allah agar aku digolongkan pada yang sedikit. karena kebanyakan manusia lupa bersyukur dan tak mau berfikir"

saya jadi teringat, dalam buku 'ensiklopedi peperangan Rosulullah'... disana dituliskan bahwa dari sekian banyak shahabat Rosulullah hanya sekian (lupa nominalnya-red) yang hafal Al Qur'an. dari sekian itu pula.. hanya sekian (dengan nominal yang lebih sedikit-red) yang menguasai labih dari satu ilmu pengetahuan. dari yang sekian itu, ternyata mengerucut pula pada asabiqulawwalun kemudian mengerucut lagi hingga 4 khulafaurRasyidin...

Well, lagi-lagi untuk seorang saudara yang tangguh...
teruslah belajar menjadi seorang pembelajar sejati. jika keburukan sebesar zarrah pun di hitungkan, apalagi nilai kebaikan.. bahkan sebuah amal shaolih adalah investasi terbaik yang pahalanya tak pernah putus selama ia masih bermanfaat bagi orang lain dan terus diajarkan.. bukankah begitu yang sering kita dengar dan tentunya amat kita sadari?

Salam hangat penuh persaudaraan
Semoga hari ini penuh hikmah.
Semoga Allah senantiasa memudahlkan langkah-langkah kita manujuNya.

"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat"
(QS. Al Baqarah : 269)
Teruslah menyambung sillaturrahim. karena orang yang sering menyambung sillaturrahim maka Allah akan menyambungkan hubungan dengannya. saya yakin anda lebih mengetahui manfaat sillaturrahim. Dan biasanya, jika saya futur.. maka sillaturrahim adalah salah satu theraphy yang saya lakukan.. karena semakin sering kita bertemu dengan banyak orang maka semakin banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil... pintu rizki dari sillaturrahim juga kan? he..he..
Oh ya, ada lagi... yakinlah Bro.. saat kita sering memberikan kemudahan terhadap orang lain, maka Allah pun akan senantiasa memberikan kemudahan terhadap urusan-urusan kita...

jangan sampai kita disindir Allah...
"Maka adapun manusia, apabila Rabbnya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, "Rabbku telah memuliakanku". Namun apabila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Rabbku telah menghinaku"
(QS.Al Fajr :15-16)
well, terlalu banyak yang saya tuliskan...
however.. mohon maaf bila ada kata yang tak berkenan..

Mansur Amriatul!! Good Luck!!

Kamis, 23 September 2010

Pencerahan Moral dan Politik Mahasiswa

           Gerakan moral (moral movement), sebuah istilah mempesona yang selama ini disematkan kepada gerakan mahasiswa. Mempesona karena berbicara tentang moral berarti berbicara tentang suara hati yang senantiasa merefleksikan kebenaran universal, menolak segala bentuk pelanggaran HAM, penindasan, kesewenang-wenangan, kezaliman, dan otoriteranisme kekuasaan. Suara hati nurani inilah yang memberi energi konstan dan kontinu bagi pergerakan mahasiswa. Ya, kekuasaan moral (moral force) adalah kekuatan abadi yang tak kan pernah mati selama ada manusia yang jujur dengan nuraninya.
Gerakan politik nilai (value political movement), istilah idealis lain yang dikaitkan dengan gerakan mahasiswa. Idealis karena gerakan yang dibangun bukan gerakan politik kekuasaan (power political movement) yang berorientasi kekuasaan seperti partai politik, namun berorientasi terciptanya nilai-nilai ideal kebenaran, keadilan, humanisme (kemanusiaan), profesionalitas, dan intelektualitas dalam seluruh aspek pengelolaan negara.
           Perpaduan antara gerakan moral dan gerakan politik nilai inilah yang menjadikan gerakan mahasiswa sebagai gerakan yang murni (genuie), unik, luas, lintas sektoral, anti kekerasan dan kontrol sosial yang teramat sulit dikooptasi oleh kepentingan politik kekuasaan. Isu-isu yang diangkat terdiri dari berbagai masalah secara umum, baik masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, keamanan, dan sebagainya, namun dalam kondisi tertentu bisa menukik lebih spesifik seperti penurunan rezim diktator seperti yang terjadi pada tahun 1966, 1998, 1999, 2001. Khusus masalah kepemimpinan nasional maupun daerah, gerakan mahasiswa tidak berkepentingan untuk mendukung sseseorang menjadi presiden, gubernur, bupati, dan sebagainya. Namun, siapa pun yang naik ke pucuk pimpinan dan tidak menjalankan amanat reformasi akan senantiasa berhadapan dengan gerakan mahasiswa.
Hariman Siregar dalam bukunya “Gerakan Mahasiswa, Pilar ke-5 Demokrasi” menjelaskan ciri gerakan mahasiswa, yaitu :
  • Bersifat spontanitas. Partisipasi mahasiswa dalam gerakan merupakan respon spontan atas situasi yang tidak sehat, bukan atas ideologi tertentu, melainkan atas nilai-nilai ideal. Namun hal ini bukan berarti tidak ada pendidikan publik di kalangan mahasiswa.
  • Bercorak nonstruktural. Gerakan mahasiswa tak terkendali oleh suatu organisasi tunggal, termasuk kepemimpinan komando, melainkan bercorak organisasi cair, dengan otonomi masing-masing berbasisi kampus sangat besar. Agenda aksi dibicarakan secara terbuka dan diputuskan serta diorganisasikan secara kolektif.
  • Bukan agenda politik di luar kampus. Gerakan mahasiswa bersifat independen dari kelompok kepentingan tertentu, tetapi tidak menutup kemungkinan ada langkah bersama. Ini bisa terjadi lantaran sifat gerakan mahasiswa itu sendiri yang merupakan reartikulator kepentingan rakyat atau gerakan moral.
  • Memiliki jaringan luas. Mengingat otonomi masin-masing kampus begitu tinggi, pola gerakan mahasiswa terlatak pada jaringan yang dibinanya. Bentuk jaringan menjadi salah satu ciri dari pengorganisasian gerakan mahasiswa. Jaringan yang terbentuk biasanya luwes sehingga memudahkan untuk bermanuver serta tidak mudah untuk dikooptasi oleh kelompok kepentingan yang bertentangan dengan gerakan moral, termasuk pemerintah.
Pencerahan Moral
      Ada realitas tak terbantahkan yang menunjuk tidak semua mahasiswa memiliki ketersadaran dan keterlibatan dengan gerakan mahasiswa. Hal ini disebabkan mahasiswa Indonesia terhinggapi virus pragmatisme dan apatisme. Di sisi lain, sistem pendidikan yang berlaku cenderung mendukung tersebarnya virus pragmatisme dan apatisme karena sepertinya hanya membentuk mahasiswa yang pintar dan terampil serta berorientasi kerja untuk memenuhi permintaan pasar. Virus ini telah sukses menggiring mahasiswa ke sisi tragis mahasiswa. Tragis karena virus ini telah berhasil “membunuh” atau setidaknya “membonsai” karakter mahasiswa, yakni idealime dan daya kritis. Oleh karena itu, kita menyaksikan mahasiswa yang terasing dari masyarakatnya, berusaha lulus cepat, namun hanya untk mengisi barisan pencari kerja, tidak peduli dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, individualis bahkan hedonis ! Mahasiswa seperti inilah yang disebut Hariman Siregar dengan mahasiswa mental kerupuk.
           Mereka mungkin tercerahkan secara akademis / intelektual, tapi belum tercerahkan secara moral dan secara politik. Tidak, saya tidak mengatakan mereka tidak bermoral ataupun tidak berpolitik. Namun, moralitas tersebut pasif, tidak memiliki elan vital yang melahirkan gerak, kalaupun mereka berpolitik, aktifitas politiknya didasari anggapan bahwa politik itu 100% kotor, jijik, dan tidak mungkin ada politik yang bersih.
Dari sinilah dibutuhkan sebuah rekayasa sosial yang konseptual dan sistematis untuk melakukan pencerahan moral dan politik terhadap mahasiswa sehingga mereka menyadari tanggung jawab akademis, namun juga tanggung jawab sosial, tanggung jawab moral, tanggung jawab politis serta tanggung jawab kesejarahan. Keseluruhan tanggung jawab tersebut inheren dalan diri mahasiswa seiring dengan berubahnya status dan identitas menjadi mahasiswa.
lebih dari itu, pencerahan moral dan politik ini akan menghidupkan daya kritis dan idealisme mahasiswa dalam menyikapi berbagai kejadian serta menumbuhkan semangat perlawanan mahasiswa atas berbagai penindasan, kesewenang-wenangan, kezaliman, pelanggaran HAM, dan otoriteranisme kekuasaan.
Dari rahim kesadaran, daya kritis, idealisme, serta semangat perlawanan ini terlahirlah gerakan moral mahasiswa. Gerakan ini eskalasinya akan semakin masif manakala pencerahan moral dan politik yang dilakukan betul-betul konseptual dan sistematis sehingga memiliki daya tularyang cepat dan dahsyat di kalangan mahasiswa.
Dalam tataran praktis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melakukan akselerasi pencerahan moral dan politik di kalangan mahasiswa. Metode -metode ini telah terbukti cukup ampuh membangun kesadaran dan daya kritis mahasiswa pada masa lalu dan dirasa efektif untuk sekarang. Diantaranya :
  • Menghidupkan kambali mimbar bebas di setiap kampus, baik tingkat universitas, fakultas maupun jurusan,
  • Menggalakkan forum-forum diskusi tentang berbagai permasalahan dan isu-isu yang berkembang di masyarakat. Forum diskusi ini bisa melakukan kajian berdasarkan pandangan disiplin ilmu tertentu, ataupun interdisipliner yang pesertanya berasal dari berasal dari fakultas, jurusan maupun universitas berbeda
  • Mengintensifkan seminar-seminar tentang gerakan moral mahasiswa
  • Menghidupkan pers mahasiswa sebagai sarana komunikasi, aktualialisasi dan artikulasi gagasan-gagasan brilian serta ide-ide cerdas mahasiswa untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan
  • Optimalisasi kegiatan-kagiatan pengkaderan di organisasi-organisasi kemahasiswaan yang diarahkan untuk mencetak kader-kader mahasiswa dan calon pemimpin bangsa yang cerdas, terampil, moralis, religius, krediberl, peduli terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar serta mamiliki integritas diri yang diakui
  • Memperbanyak penelitian-penelitian ilmiah yang berkaitan dengan problem-problem nyata di masyarakat
  • Membangun organisasi-organisasi kemahasiswaan yang layak disebut student govermen, yang mandiri dalam menentukan sikap tanpa tekanan birokrat atau pihak manapun
Dengan demikian, akan terbentuk generasi baru mahasiswa Indonesia yang tercerahkan, sipa menghadapi masa depan dengan penuh optimisme, pemuda ksatria yang akan mengukir sejarah kejayaan yang mampesona. Sungguh, sejarah sedang menunggu langkah-langkah mahasiswa Indonesia yang spektakuler ..!
Seruan menuju pencerahan ini harus segera dikumandangankan untuk membangun singa-singa mahasiswa yang sedang tidur.
Wahai mahasiswa ..! Sambutlah seruan totalitas perjuangan ini :
Kepada para mahasiswa … yang merindukan kejayaan…
kepada rakyat yang kebinggungan… di persimpangan jalan…
Kepada pewaris peradaban… yang telah menggoreskan…
Sebuah catatan kebanggaan… di lembar sejarah manusia…
Wahai kalian yang rindu kemenangan …!
Wahai kalian yang turun ke jalan …!
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta … !
By, Mansur Amriatul (Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa IKIp Mataram 2010)